Masalah gizi buruk masih menjadi permasalahan serius di masyarakat Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, prevalensi gizi buruk di Indonesia masih cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, dan kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang sehat.
Untuk mengatasi masalah gizi buruk di masyarakat Indonesia, diperlukan upaya yang terintegrasi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga masyarakat itu sendiri. Menurut Prof. Dr. Hardinsyah, seorang ahli gizi dari IPB University, “Peningkatan gizi masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat untuk saling mendukung dan bekerja sama.”
Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan akses terhadap pangan bergizi bagi masyarakat yang kurang mampu. Program-program bantuan pangan seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dapat memberikan bantuan berupa makanan bergizi bagi keluarga yang membutuhkan. Selain itu, edukasi tentang pentingnya pola makan yang seimbang juga perlu ditingkatkan, baik melalui kampanye-kampanye sosial maupun pendidikan formal di sekolah-sekolah.
Menurut data Laporan Status Gizi Indonesia tahun 2020, terdapat peningkatan yang signifikan dalam penurunan angka gizi buruk di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak telah mulai membuahkan hasil. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah gizi buruk secara menyeluruh.
Dalam upaya mengatasi masalah gizi buruk di masyarakat Indonesia, kolaborasi antarinstansi dan partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan. Dengan bersama-sama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Hardinsyah, “Kesehatan dan gizi adalah hak asasi setiap individu, oleh karena itu kita semua bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia.”